FIRMAN TUHAN SUMBER HIDUP
KEKUATAN, INSPIRASI DAN MOTIVASI
Rabu, 12 April 2023

Selamat pagi! Sahabat yang baik hati, marilah kita menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan:

Daniel 4:34 (TB) , “Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun.”

Daniel 4:34 (NIV), “At the end of that time, I, Nebuchadnezzar, raised my eyes toward heaven, and my sanity was restored. Then I praised the Most High; I honored and glorified him who lives forever.His dominion is an eternal dominion; his kingdom endures from generation to generation.”

Sahabat yang baik hati. Sadar atau tidak sadar, seseorang yang mendapat kekuasaan atau kedudukan tinggi, ‘mudah’ sekali menjadi sombong. Meskipun itu tidak menjadi sifat alamiah dan tidak menjadi jaminan terjadi pada semua orang, tetapi jika seseorang itu salah memahami kedudukan yang diberikan kepadanya, maka ia akan mudah terjatuh ke dalam kesombongan diri. Tentunya hal ini disebabkan karena sifat dasar manusia berdosa yang dari awal ingin setara dengan Allah Sang Pencipta dan Pemberi. Dalam sejarah manusia pertama di Alkitab, yakni Adam dan Hawa, kita juga dapat melihat manusia pertama itu salah memahami dan menggunakan kekuasaan yang diberikan Allah kepada mereka, pada akhirnya mereka tinggi hati, dan terjatuh, sehingga Allah mencabut kekuasaan itu dari mereka.

Di sisi yang lain, ada juga orang yang mendapat kekuasaan atau kedudukan, sering kali merasa bahwa semuanya itu ia peroleh adalah hasil kerja keras dan kemampuannya sendiri. Ia merasa bahwa itu semua adalah hasil dari kekuatannya, tanpa mengingat bahwa kedudukan itu pun adalah anugerah pemberian dari Allah. Dan jika ia tidak mengandalkan Allah di dalam kekuasaanya, mungkin saja ia akan terjatuh dan timbul penyesalan di kemudian hari.

Sahabat yang baik hati! Itulah yang hendak kita lihat di dalam Firman hari ini. Teks Alkitab ini mengisahkan sebuah peristiwa tragis yang dialami oleh Raja Nebukadnezar. Raja ini terkenal sebagai raja yang sombong dalam kekuasaanya, dan memimpin mengandalkan kekuatannya sendiri, karena ia tidak percaya dengan Allah yang hidup. Dalam konteks teks ini, Raja Nebukadnezar sedang berada dalam titik lemahannya. Ia menjadi gila dan bertingkah seperti binatang sebab pada saat lapar ia mengambil rumput dan memakannya. Ini adalah sebuah keanehan yang terjadi akibat dari kecongkakannya sendiri. Ketika Babelonia selesai dibangun, raja tersebut membanggakan dan memuliakan dirinya sendiri. Dengan rasa angkuh ia mengakui bahwa semua itu terjadi berkat kekuatan dan kekuasaannya. Ia tidak mau mengakui bahwa itu adalah perbuatan dan anugerah Allah. Pada akhirnya, ia terjatuh. Keadaan tersebut dialami oleh Raja Nebukadnezar selama tujuh tahun.

Setelah raja tersebut berada di dalam keterpurukannya, akhirnya raja tersebut mengalami penyesalan, ia memuliakan Allah dan menyadari keterpurukan itu sebagai penghukuman Allah atas kecongkakannya. Itu sebabnya, dalam teks Alkitab ini, raja Nebukadnezar memuji Allah sebagai Raja Yang Mahatinggi yang sanggup merendahkan yang berlaku congkak. Raja Nebukadnezar menyadari kesalahannya, selama ini ia begitu sombong dan mengandalkan apa yang dimilikinya: kekuasaan, kebesaran, takhta, sehingga di dalam firman ini dikatakan bahwa ia menengadah ke langit dan mengakui kebesaran Allah, bahwa hanya Allahlah yang Maha Tinggi, layak dipuji, dihormati dan dimuliakan. Ia mengaku bahwa dihadapan Tuhan ia tidak berarti apa-apa.

Sahabat yang baik hati! Apa yang dapat kita imani dari firman ini? Dari pengalaman dan peristiwa yang terjadi pada raja Nebukadnezar, kita mau diingatkan bahwa sesungguhnya hanya Allah yang berdaulat di kedudukan dan kekuasaan yang kita miliki, sehingga kita diajari supaya tidak menyombongkan diri dan menyalahgunakan kekuasaan tersebut. Inilah dasar pengakuan kita akan Allah dibalik semua kedudukan yang kita miliki. Dengan dasar ini kita akan selalu mengaku bahwa Tuhan lah Yang Mahakuasa di setiap yang kita miliki, karena itu kita tidak perlu berlaku congkak. Kita juga mau diingatkan bahwa kedudukan, jabatan, kekuasaan adalah milik Tuhan. Dia adalah pemilik semuanya itu. Kita hanya pekerja-Nya, sehingga kita patut berserah sepenuhnya kepada-Nya. Kesadaran inilah yang patut kita hayati supaya kita mempergunakan kekuasaan yang ada pada kita dengan baik dan benar, penuh dengan kerendahan hati, dan lakukanlah itu demi kemuliaan Tuhan. Ingatlah, hikmat Raja Salomo dalam Amsal 16:18, yang mengatakan: “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Tetaplah rendah hati dan pujilah Allah yang Maha Kuasa dari semua yang kita miliki. Amin.

Salam dari tim: TS

By redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *