FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN
Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi
Sabtu, 22 April 2023
Selamat pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.
Ayub 14:14 (TB): ”Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku.”
Job 14:14 (KJV): ” If a man die, shall he live again? all the days of my appointed time will I wait, till my change come .”
Hidup manusia di dunia ini singkat, paling 70 tahun atau 80 tahun (Mzm 90:10) sebagai kasih karunia Allah. Ia bagai bunga yang tumbuh berkembang, lalu layu, tak dapat bertahan dan hilang lenyap. Uang, kekayaan, jabatan serta popularitas tak mampu memperpanjang hidup manusia sehastapun! Dalam nas hari ini Ayub yang bergumul di tengah penderitaan tragisnya, dia menghadapi kematiannya yang ia kira segera tiba dengan suatu pengharapan iman kepada Allah. Sikap imannya meyakini bahwa Allah akan mengampuni segala dosa dan kesalahannya. Pengalaman iman Ayub menjadi pembelajaran akan pentingnya untuk terus menaruh harap dengan sabar, terus percaya dan patuh pada Tuhan hingga saat kematian menjemput. Fakta menunjukkan siklus alam yang tak dapat disangkal: bahwa manusia lahir, hidup bertumbuh dan mati! Pertanyaannya: lalu kemana? Hanya ada dua alternatif jawaban: masuk ke dalam kekekalan yang penuh sorak-sorai dalam sukacita damai sejahtera Allah, atau masuk ke lautan api kekal yang penuh ratap tangis dan kertak gigi.
Sahabat, Alkitab menyatakan: “akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar” (Kis 24:15). Orang yang percaya dan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatnya akan diselamatkan masuk ke dalam kehidupan kekal. Itu merupakan kasih karunia Allah semata, bukan hasil perbuatan baik manusia. Nama mereka dimeteraikan ke dalam Buku Kehidupan sebagai kepastian akan keselamatan masuk Kerajaan Sorga yang merupakan tujuan hidup kristiani sejati. Artinya, orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang-orang benar masuk ke dalam hidup yang kekal (Mat 25:46). Sejalan dengan itulah Paulus bersaksi bahwa baginya hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, sehingga dia tidak takut menghadapi kematian. Dia telah mempersiapkan dirinya dalam pertandingan imannya dengan baik serta mengakhirinya sampai garis finish dengan iman yang tetap terpelihara (2 Tim 4:7).
Sahabat yang baik, jika saat ini lonceng kematian berdentang memanggil kita, sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan hidup di dunia ini dihadapan tahkta pengadilan Sang Hakim Agung? Untuk itu kita sebagai orang percaya perlu melakukan kontemplasi diri, sejauhmana keberadaan diri kita sudah membuahkan yang terbaik sebagai persembahan syukur kita kepada Sang Pemberi Kehidupan. Selaku pewaris Kerajaan Sorga kita perlu berupaya dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri menyongsong kematian yang pasti akan datang walau entah kapan saatnya tiba. Sedikitnya tiga hal yang perlu kita pergumulkan terus dalam iman, yaitu: Pertama, mendekatkan diri kepada Sang Sumber Kehidupan sekaligus memahami isi hati Tuhan dan terus melangkah dengan memfokuskan diri kepada Yesus Kristus sebagai pusat kehidupan kita. Kita imani dan respon undangan Yesus yang menyerukan: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya (Yoh.11:25-26). Itu berarti bahwa barangsiapa mendengar firman-Nya dan percaya dengan terpaut kepada-Nya akan memiliki hidup yang kekal, pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Ia akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Kedua, jangan jemu-jemu membuahkan hal-hal baik, yang dipastikan tidak akan pernah menjadi sia-sia. Jadikan hidup kita sebagai saluran berkat bagi sesama agar melalui itu semua nama Allah dipermuliakan. Perlu kita sadari bahwa puncak keberhasilan karya kristiani sejati bukanlah pada kekayaan, kesuksesan atau kehormatan yang pasti akan berlalu, tetapi terletak pada sejauhmana hidup kita bermakna bagi sesama tanpa pandang bulu. Alkitab telah mengingatkan kita bahwa setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api (Mat 7:19). Ketiga, senantiasalah bersyukur untuk setiap proses kehidupan dengan kerendahan hati dalam pengharapan kepada Sang Pencipta di segala keadaan, apakah kondisi kita baik ataupun tidak baik adanya. Kita hitung hari-hari kita berikut berkat-berkat Tuhan yang melimpah yang selalu baru setiap pagi. Karena meski penderitaan menerpa silih berganti, namun berkat-berkat yang kita terima ternyata jauh lebih besar lagi.
Sahabat, ingatlah bahwa hidup ini adalah anugerah Tuhan semata, bahkan diangkat sebagai anak sekaligus pewaris kehidupan kekal di dalam Kerajaan Allah di Sorga. Tuhanlah pemilik kehidupan kita yang telah membayar lunas melalui darah Kristus di salib Golgota. Artinya, apapun yang kita punyai saat ini (isteri-suami-anak-ayah-ibu-kerabat-keluarga-talenta-pekerjaan-harta-jabatan dan lainnya) hanyalah titipan sementara dari Allah yang harus kita kelola secara baik dan bertanggungjawab demi kemuliaan nama-Nya. Mari kita pergunakan kesempatan yang ada guna mengakhiri pertandingan iman kita yang waktunya mungkin tinggal sekejap lagi. Jangan kita sia-siakan, agar hak ahli waris Kerajaan Sorga dalam genggaman tangan kita tidak terlepas. Ingatlah bahwa giliran lonceng kematian kita pasti akan berdentang menghampiri bak datangnya pencuri malam! Amin.
Salam: Tim Renungan (TEM).