KOTBAH MINGGU JUBILATE, 30 APRIL 2023
Nats: Mazmur 100:1-5
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini merupakan ajakan untuk beribadah dan bersyukur kepada Tuhan. Ajakan disebut dengan berjubilate. Kata Jubilate dalam tradisi gereja sering kita sebut dengan berjubileum. Makna jubeleum diangkat dari Imamat 25, yaitu perintah Allah kepada umat Allah untuk merayakan tahun lima puluh. Dalam bahasa kita sehari hari sering disebut sebagai tahun emas. Saya percaya dari setiap orang yang merayakan ulang tahun, ulang tahun ke 50 merupakan perayaan ulang tahun yang dimaknai lebih dalam.
Dalam Imamat 25 ini, umat Allah diperintahkan untuk berjubileum dimana setiap orang yang berhutang akan memperoleh pembebasan, tanah yang terus digarap akan diistirahatkan dan setiap Ibrani yang telah menjadi budak harus dibebaskan. Berjubileum merupakan soraksorai karena pembebasan. Pembebasan itu bukanlah karena perjuangan mereka, tetapi karena Allah sendiri yang memerintahkan kepada umat Allah. Karena itu bukan hanya umat Allah yang berjubilate, tetapi seluruh bumi atau tanah membutuhkan pembebasan yang telah terus menerus digarap untuk menghasilkan ada waktunya untuk beristirahat. Dengan makna pembebasan seluruh umat dan bumi bersukacita dan bersoraksorai memuji dan memuliakan Tuhan.
Sahabat yang baik hati! Kotbah Mazmur 100 menjadi pijakan kita untuk menyelami arti sejati dari syukur dan kegembiraan dalam menyembah Tuhan. Mari kita petik pelajaran berharga dari pesan Tuhan bagi kita minggu ini.
1. Berjubilate – Bersorak-sorak bagi Tuhan
Ayat pertama Mazmur 100 mengajak kita untuk bersorak-sorai bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Sorak-sorai merupakan ungkapan kegembiraan yang meluap dari dalam hati yang penuh sukacita. Ini adalah respons alami dari jiwa yang terisi oleh hadirat Tuhan yang agung dan berkuasa. Sorak-sorai itu bukan semata kegembiraan duniawi, melainkan ungkapan syukur kita kepada Sang Pencipta yang layak menerima segala hormat dan puji-pujian.
Layani Tuhan dengan Sukacita
Mazmur 100:2 mengajak kita untuk melayani Tuhan dengan sukacita. Pelayanan bukanlah beban atau kewajiban yang menyedihkan, tetapi merupakan kesempatan yang indah untuk mengasihi Tuhan dengan segala potensi yang kita miliki. Saat kita melayani dengan sukacita, kita menunjukkan bahwa kita menghargai dan bersyukur atas kasih dan anugerah-Nya dalam kehidupan kita.
Ajakan berjubilate berarti: memuji Tuhan dengan rasa syukur dan penuh sukacita.
2. Ketahuilah, TUHANlah Allah Pencipta
Hal Kedua dari kotbah ini bahwa Mazmur 100:3 mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Allah yang layak disembah. Dia adalah Pencipta kita, bukan kita yang mencipta-Nya. Kita adalah umat-Nya yang terkandung dalam kawanan domba-Nya. Ini mengajarkan kita untuk merendahkan diri di hadapan-Nya dan mengakui kebesaran dan kuasa-Nya.
Dalam konteks ini, ajakan kepada seluruh bumi untuk bersyukur memiliki beberapa implikasi penting:
Penciptaan adalah karya Allah yang luar biasa: Ketika kita memandang keindahan alam semesta, keanekaragaman makhluk hidup, dan keajaiban ciptaan-Nya, kita tidak bisa tidak bersyukur kepada-Nya. Setiap bagian dari alam ini mengungkapkan kemuliaan dan kebesaran Allah. Ajakan ini mengajarkan kita untuk mengakui kehebatan-Nya sebagai Pencipta yang penuh hikmat dan kuasa.
Kesadaran atas keterkaitan antara manusia dan alam: Ajakan ini mengingatkan kita bahwa sebagai manusia, kita adalah bagian dari alam ini. Kita hidup dalam keterkaitan yang erat dengan lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga, menghormati, dan merawat ciptaan-Nya. Bersyukur kepada Allah mencakup penghormatan dan tanggung jawab kita dalam menjaga kelestarian alam.
Panggilan untuk menjadi saksi dan pembawa berkat: Ketika kita bersyukur kepada Allah sebagai Pencipta, kita juga diingatkan untuk menjadi saksi dan pembawa berkat bagi dunia. Bersyukur bukan hanya menjadi sikap pribadi, tetapi juga menjadi panggilan untuk membagikan berkat yang kita terima kepada sesama. Kita dipanggil untuk menjadi saluran berkat Allah bagi orang-orang di sekitar kita dan untuk memperkenalkan mereka kepada Allah yang kita syukuri.
*3. Masuklah melalui pintu*
Ajakan ini mengingatkan kita Allah sebagai gembala dan kita semua adalah kawanan domba Allah. Allah sendirilah gembala bagi kita, dengan penuh kasih sayang menuntun kita kepada padang rumput yang hijau dan subur. Kita dituntun pula ke air yang jernih dan pemeliharaannya tak membuat kita kekurangan sebagaimana dalam Mazmur 23:1 “Tuhan adalah gembalaku takkan kekurangan aku.”
Masuklah melalui pintu, sama seperti kawanan domba saat petang hari kawanan domba akan kembali ke kandang dan harus masuk melalui pintu.
Dalam konteks ayat Mazmur 100:4, “Masuklah ke dalam pintu-pintu-Nya dengan nyanyian syukur,” pintu-pintu tersebut dapat memiliki beberapa makna simbolis yang relevan:
Pintu ke hadirat Allah: Pintu-pintu yang dimaksud di sini adalah pintu-pintu menuju hadirat Allah, tempat kita memasuki persekutuan dan perjumpaan dengan-Nya. Dalam ibadah dan penyembahan, kita dipanggil untuk datang dengan penuh syukur dan penghormatan, mengakui bahwa kita masuk ke hadapan-Nya yang kudus.
Kristus sebagai pintu: Yesus Kristus dalam Injil Yohanes menggambarkan diri-Nya sebagai pintu bagi domba-domba-Nya (Yohanes 10:7-9). Kita sebagai umat kawanan-Nya dipanggil untuk masuk melalui-Nya. Masuk melalui pintu ini menandakan keselamatan dan persekutuan dengan Allah melalui iman dalam Kristus. Syukur kita adalah tanggapan atas keselamatan yang diberikan-Nya kepada kita melalui karya-Nya di kayu salib.
Mengikuti instruksi gembala yang baik: Analogi kawanan domba yang harus masuk melalui pintu juga mencerminkan ketergantungan dan ketaatan kita kepada gembala yang baik, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sebagai gembala yang baik, Dia memberikan petunjuk dan arahan kepada umat-Nya. Bersyukur adalah bagian dari sikap ketaatan dan kepercayaan kita kepada-Nya, mengikuti-Nya dengan setia dan menjalankan kehendak-Nya dalam hidup kita.
Sahabat yang baik hati, mari berjubilate, bersyukur dan bersukacita atas kasegala.karya Allah dalam hidup kita. Dia pencipta, pemelihara dan pembebas bagi kita. Kasihnya tetap dan tak berkesudahan kasih setianya.
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak