FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN
Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi
Sabtu, 6 Mei 2023

Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.

Lukas 6:37 (TB) “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.

Luke 6:37 (UKJV) Judge not, and all of you shall not be judged: condemn not, and all of you shall not be condemned: forgive, and all of you shall be forgiven:

Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk hidup lebih baik, dipandang dan dihormati orang lain. Maka untuk mencapai itu seseorang menempa diri untuk memiliki kesalehan pribadi, taat pada agama dan melakukan apa yang baik terhadap orang lain. Keinginan untuk dipandang dan dihormati dalam dari manusia inilah setiap orang memiliki penilaian, tidak sedikit orang menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, lebih saleh ketimbang orang lain dan lebih dekat kepada Tuhan ketimbang orang lain. Akhirnya jatuhlah kepada menghakimi, menilai tindakan dan perbuatan orang lain menurut kecamata ketaatan dan kesalehan dirinya. Sehingga sesama manusia menjadi penilai bagi orang lain.

Pada masa Yesus, ada kelompok agama dalam Yahudi yang menganggap dirinya lebih saleh dan kudus, yaitu kaum Farisi dan ahli Taurat. Mereka cenderung menilai bahwa mereka lebih saleh ketimbang orang lain, bahkan secara terang-terangan menilai dan menghakimi orang lain seolah penentu pintu sorga. Sikap menghakimi mereka seolah mereka penentu yang baik atau buruk, yang seturut dengan kehendak Allah atau tidak. Jika saleh hanya untuk dinilai saleh itu adalah kemunafikan, jika kita mengganggap kita kudus dan menghakimi sikap dan perbuatan orang lain itu adalah tidak tahu diri.

Yesus memberikan pengajaran dan melarang keras untuk menghakimi sesama setidaknya ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan:

a) menghakimi atau “men-judge” adalah suatu penilaian terhadap seseorang berdasarkan asumsi-asumsi negatif terhadap orang lain. Sementara asumsi itu adalah praduga yang belum tentu suatu kebenaran. Padahal dengan menghakimi kita sudah memvonis atau menyatakan orang lain salah menurut kaca mata kita sendiri. Dalam katekhismus M. Luther menjelaskan makna Hukum ke IX bahwa kita harus melindungi orang sebelum kita mengetahui seseorang itu bersalah. Kita tidak boleh menjelekkan orang lain, sebaiknya kita hanya boleh memberitakan kabar baik mengenai seseorang.

b) Dilarang menghakimi karena kita tidak pernah diberikan hak atau wewenang untuk menghakimi orang lain. Tugas kita adalah menasihati dan membimbing orang agar berubah dari kesalahan kepada hidup dalam kebenaran. Itulah sebabnya dalam Siasat gereja disebut dengan “aturan penggembalaan”. Konsekwensi tertinggi dari penggembalaan adalah ex-communi, seseorang oleh karena perbuatannya tidak dapat lagi diingatkan maka dia dikeluarkan dari persekutuan. (Band Mat 18:15-20)

Persekutuan orang percaya adalah yang dipanggil Allah untuk hidup dalam kehendak Allah. Dalam memenuhi itu setiap percaya wajib saling memperhatikan dan saling menasihatkan.

c) Menghakimi adalah hak Allah. Ibrani 10:30 (TB) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.” Dan lagi: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya.”

Jika pun ada di dunia ini orang yang diberikan mandat dalam memproses kesalahan seseorang itu adalah bahagian mandat ilahi yang diberikan kepada pemerintah untuk membatasi dan menghambat kejahatan. Itulah sebabnya pemerintah diberi kuasa dan pedang. Roma 13:4 (TB) Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.

Janganlah kamu menghakimi suatu perintah dari Tuhan Yesus, suatu ajakan yang harus terus kita maknai dalam hiduo sehari-hari. Renungan ini menyadarkan kita essensi kita sebagai manusia. Tuhanlah yang menghakimi setiap perbuatan orang. Bagi kita manusia adalah lebih berguna menopang dan meneguhkan orang lain untuk menghasilkan dunia yang lebih baik. Amin

Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

By redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *