FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN
Senin, 26 Juni 2023
Hubungan laki-laki dan perempuan yang mengikat jalinan cinta, saat masih dalam tahap pacaran atau tunangan saja sudah menetapkan standar harus saling memberi cinta yang utuh. Tidak rela kalau cintanya ragu-ragu, bertepuk sebelah tangan atau tidak berkomitmen saling mencintai.
Walaupun pada kenyataannya, ketika memasuki rumah tanggalah cinta itu semakin dikembangkan, disempurnakan sampai utuh.
Menjadi suami istri adalah hal mutlak untuk tidak membagi cinta kepada siapapun dan apapun, harus utuh/bulat. Masing -masing pasangan harus saling bekerjasama memberi cinta yang benar dan tulus untuk mencapai keutuhan. Tidak ada toleransi untuk memberi/membagi cinta kepada siapapun dan apapun meski itu hanya 1% atau 0, sekian persen.
Mari kita merenungkan hal ini. Untuk diri kita sendiri saja tidak ingin ada namanya pengkhianatan. Jika hal itu terjadi maka seolah-oleh rubuhlah langit hidup kita.
Pernahkah kita memikirkan bagaimana perasaan Tuhan yang begitu mencintai kita? Selama ini kita hanya mengakui Tuhan mengasihi dan mencintai kita. Pernahkah kita mengakui mencintai Tuhan dan membuktikannya?
Yakobus 4:5 (TB) Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: “Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!”
Mari kita belajar mengerti perasaan Tuhan yang cemburu dan mengecam kita bukan orang yang setia ketika kita bersahabat dengan dunia ini. Ketika kita masih dibahagiakan oleh dunia ini, masih terikat dan mengejar kehidupan dunia maka kita adalah seorang pengkhianat di hadapan Tuhan. Sebab kita telah membagi cinta dengan yang lain.
Kita membuat hati Tuhan luka, seolah-olah kita memperlakukan Tuhan tidak sanggup membahagiakan kita. Oleh sebab itu, mari memberi cinta yang utuh kepada Tuhan, tidak ada yang melarang kita mencintai Dia dan cinta kita bisa dikembangkan dari setiap waktu hidup kita. Kita harus percaya dan sanggup mengatakan bahwa Tuhan cukup bagiku, Tuhan adalah kebahagiaan ku. Amin, Tuhan Yesus memberkati kita semua
Salam kasih, Debora Gulo