Kotbah Minggu IV Setelah Trinitatis
Minggu, 2 Juli 2023
Nas: Mazmur 89:15-18
Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati. Kotbah Minggu ini, merupakan suatu pengakuan dari pemazmur: Tiada Allah seperti Engkau! Suatu kalimat pengakuan iman yang semestinya terus menerus keluar dari diri orang percaya. Sebagaimana pengakuan pemazmur: Tuhan Allah yang kuat, tidak ada kekuatan apapun yang dapat dibandingkan dengan kekuatan Allah. Tuhan itu penuh kasih setia, Tuhan itu konsisten dan tak pernah melupakan perjanjianNya kepada umatNya dan hamba yang diurapiNya. Allah tak pernah membiarkan apalagi meninggalkan hamba yang diurapiNya, tetapi akan berpegang teguh pada janjiNya yang kekal selama-lamanya.
Mazmur 89 ini merupakan salah satu Mazmur yang memuji dan menyanyikan kebesaran Allah atas kuasa dan kasih setia Allah kepada hambaNya Daud. Mazmur ini disusun sebagai suatu pengakuan iman bagi orang percaya setelah melihat fakta sejarah yang terjadi pada hambaNya Daud.
Jika kita baca keseluruhan Mazmur 86 ini, pemazmur menyusun suatu pengakuan iman yang real berangkat dari pengalaman yang nyata dalam sejarah bapak leluhur Israel dan pengalaman pribadi masing-masing.
Mazmur dibuka dengan mengingatkan kesetiaan Tuhan kepada janjiNya, khususnya janjiNya kepada Daud, Maz 89:2-5, lalu menyusullah suatu puji-pujian kepada Allah Pencipta, yang kekuasaanNya meminjam kesetiaanNya, Maz 89:6-15, yang dahulu juga melindungi seluruh umat, Maz 89:16-19. Kemuliaan dengan panjang lebar dikutip janji Tuhan kepada Daud, bdk 2Sa 7:8-16, orang pilihan Tuhan: janji itu menjamin juga masa depan keturunan Daud, Maz 89:20-38. Tetapi rupanya janji itu sekarang dibatalkan, sebab keturunan Daud tidak berkuasa lagi dan menjadi terhina, Maz 89:39-46. Namun pemazmur memanjatkan doanya, supaya Tuhan segera memulihkan keturunan Daud, Maz 89:47-52.
Berkaitan dengan kotbah pada minggu ini ada beberapa pokok penting yang dapat kita pelajari
1. Berbahagialah bangsa yang tahu bersoraksorai.
Bahagia dan kesedihan silih berganti datang dalam kehidupan. Tak ada seorang pun diantara umat manusia terlahir hanya menelan rasa sakit dan sedih. Sesukses apapun kehidupan seseorang pasti pernah mengalami masa sulit dan kesedihan. Itulah realitas kehidupan yang diterima, makanya sesedih apapun menimpa kita jangan pernah lupa bersyukur dan sebahagia apapun hidupmu jangan tinggi hati.
Hal ini jugalah yang diingatkan oleh pemazmur tentang bangsa Israel. Israel adalah umat perjanjian: Allah telah berjanji kepada Abraham akan memberkati anak-anakNya menjadi bangsa yang harum. Apa yang terjadi dalam perjalanan bangsa Israel merupakan sejarah bagaimana Allah memelihara umatNya. Perjanjian itu tidak langsung berbuah manis, ada masa-masa sulit yang dihadapi, perbudakan Mesir, perjalanan di padang gurun dan setelah mereka tiba di Tanah Kanaan begitu banyak tantangan yang mereka hadapi: menahlukkan suku-suku yang ada telah mendiami Kanaan.
Semuanya berjalan dan dapat diatasi, hingga Israel manjadi negara kerajaan. Raja pertama yang diurapi adalah Saul, namun akhirnya Roh Allah undur dari Saul dan Allah memerintahkan Samuel untuk mengurapi Daud menjadi raja atas Israel.
Tuhan memiliki janji khusus dengan Daud dan keturunanNya. Daud dan keturunanNya mewarisi kerajaan Allah secara turun temurun. Hal ini dikutip dalam Mazmur 89:3-4, 20 (TB) (89-4) Engkau telah berkata: “Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku:
(89-5) Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun.” Sela
(89-21) Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus,
Dengan mengingat perjanjian ini, kotbah minggu ini memberikan pelajaran penting bahwa bagaimana pun kesulitan yang dihadapi oleh bangsa Israel, mereka harus tetap berbahagia dan bersorak-sorai karena Tuhan tidak akan pernah melupakan umatNya. Tuhan tidak pernah ingkar akan janjinya. Kasih setia Allah menyertai umatnya.
2. Bermegah karena keadilan Tuhan
Allah memilih Israel menjadi umatNya membuat mereka istimewa dihadapan Tuhan. Mereka milik pusaka, umat kepunyaan Allah, umat pilihan dan bangsa yang diberkati.
Sebelum, memasuki tanah Kanaan Musa mengingatkan dasar pemilihan Israel sebagai umatNya. Ulangan 7:6-9 (TB) Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.
Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu — bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? —
tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.
Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan.
Artinya Kebahagiaan mereka bukanlah atas kebaikan dan ketaatan mereka kepada Tuhan. Mereka dipilih menjadi umat perjanjian bukan karena mereka bangsa yang besar, atau bangsa yang hebat diantara suku bangsa di dunia. Mereka ditetapkan menjadi umat pilihan karena diikat dengan perjanjian. Pada saat yang bersamaat mereka harus memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memelihara diri sebagai umat Allah.
Mereka bermegah bukan karena perbuatan baik mereka kepada Tuhan, atau budi baik mereka yang telah berkenan kepada Tuhan. Mereka bermegah karena keadialan Tuhan. Keadilan Tuhan adalah membela umatNya dari setiap penindasan, kesewenangan dan perlakuan bangsa-bangsa terhadap umatNya. Allah sendirilah yang memberikan keadilan bagi umatNya, mengalah musuh dan memberikan musuh-musuh Israel menjadi tawanan mereka.
Apa yang didapatkan Israel wajar mereka bermegah karena mereka ditetapkan menjadi umat perjanjian dan bangsa yang diberkati. Namun dalam semua itu bukan karena mereka tetapi karena Tuhan.
Hal ini pulah yang diingatkan oleh Nabi Yeremia: “tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yer 9:24)
3. Tuhan raja, kekuatan dan pelindung rakyat
Mazmur 89 ini merupakan Mazmur yang berisi pengakuan tentang kemahakuasaan Tuhan. Tuhan berkuasa atas alam, langit bumi dan segala isinya. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa diketahui oleh Tuhan.
Mazmur 89:11 (TB) Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi, dunia serta isinya Engkaulah yang mendasarkannya.
Selain berkuasa atas alam, raja dalam konsep pemahaman Israel adalah anak raja. Raja bulanlah hanya perwakilan Allah, tetapi dinobatkan menjadi “Anak Allah” dan kadang disebut sebagai abdi Allah. Raja yang memerintah atas bangsa Israel. Umat disisi lain harus memenuhi apa yang diperintahkan oleh raja.
Raja bagi bangsa Israel bukanlah sebagai penguasa semata, tetapi raja yang melindungi rakyat. Raja ibarat perisai bagi rakyat karena mereka akan terlindung dari bahaya dan segala kejahatan. Raja bertanggung jawab mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat.
Karena itu raja tidak boleh memerintah sewenang-wenang, tetapi harus seturut dengan hukum, keadilan dan kebenaran.
Raja adalah kekuatan bagi rakyat karena Raja diberi wewenang untuk mempersenjatai rakyat, membentuk pasukan-pasukan khusus yang dapat melindungi rakyat dari tekanan bangsa asing.
Inilah kelebihan pemahaman raja bagi Israel. Raja bukanlah orang yang menakutkan atau orang yang memiliki kekuasaan yang membuat masyarakat takut dan tidak boleh membantah perintahnya. Namun salam pemahaman bangsa Israel raja adalah pelindung masyarakat, perisai dan tanduk keselamatan umat Allah.
Sahabat yang baik hati, siapakah Allah seperti Engkau? Kotbah minggu ini menjadi jawaban dari orang percaya: pengakuan akan kemahakuasaan Tuhan yang penuh kasih setia. Allah adalah penguasa alam semesta dan Dia raja atas umatNya yang memerintah dengan keadilan dan kasih setia. Amin
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak